Sunday, May 5, 2019

Cerpen Sunday: Broken...



***
"Jadi, mau berapa lama lagi kau bersembunyi di sana?" suara seorang iblis menghentikan nafas Ku. Aku mempererat buku yang ada di pelukanku.  Aku menelan ludah keras-keras. Refleks.
Aku merasa karena dialah yang menumukanku. Jika asisten atau pekerja rumah besar Scarlet Devil  lain menemukanku, mereka akan membiarkanku pergi begitu saja. Tapi, masalahnya dia tidak akan melakukannya.
Aku menggenggam erat sapuku, bersiap untuk kabur secepat kilat. Lari sebelum aku sempat mendapat masalah dengan Patcholi. 
Bukannya aku takut padanya, tapi aku hanya tidak punya waktu untuk berurusan dengannya. Ada eksperimen di rumah yang harus aku selesaikan.
"Dan, tolong jangan lari, Marisa Kirisame! Nyonya Patcholi hanya mengajakmu untuk minum teh!" panggilnya, "kalaupun kau mau coba, Nyonya Patcholi sudah melapisi perpustakaan ini dengan mantra pelindung!" 
Aku terkejut mendengar perkataan sang Iblis. Bukan karena Patcholi mengajaknya minum teh, itu sudah biasanya, tapi karena Patcholi sudah menyadari keberadaan Marisa di perpustakaannya dan sudah mengunci semua jalan keluar bahkan sebelum dia masuk. Biasanya dia tidak peduli.
Aku mengeluarkan diriku, dari balik salah satu kabinet buku.
Seorang gadis, dengan rambut dan bermata merah dengan gaun putih panjang yang tertutupi celemek hitam dan dasi putih, berdiri. Koakoma tersenyum tak berdosa dihadapanku. 
 "Baiklah, aku akan bertemu dengan Patcholi!" kataku.
"Sebelumnya, Tolong letakan buku yang kau curi di meja! Aku akan membereskannya nanti!"
Aku menghela nafas, sebelum melepaskan buku-buku itu.
"Baiklah, ayo ikuti aku!" kata Koakoma sebelum berbalik, melangkah menuju nyonyanya dengan aku mengikuti di belakangnya.
"Tidak biasanya kau datang jam segini." kata Koakuma, "ku harap tidak ada masalah?"
"Ti... tidak ada!" seru ku cepat, "aku hanya sedang ingin datang ke sini lebih awal! Itu saja!"
"Kau yakin?" tanya Koakuma, suaranya berubah rendah dan memelan, dan itu adalah sesuatu yang bisa dibilang langka, "aku dengar kau dan sang Gadis Surga..."
"Jangan!" Potongku dengan nada tajam. Dia langsung berhenti, menatapku dengan wajah penuh rasa kaget dan kasihan.
"A...aku tidak ingin membicarakannya!"