(Halo sayang semua! Bagaimana kabarnya? Baik? Buruk? Biasa aja? Kalau baik, bagus lah! Kalau buruk, yang tabah ya! Kalau biasa aja... hm... semoga jadi baik aja deh!!!
Bagi yang lagi bosen, aku ada cerita nih buat kalian. Bukan cerita yang spesial, tapi semoga bisa menyenangkan hati kalian minggu ini. Ini cerpen romantis, jadi yang jomblo siap-siap ya!!!... hehehe)
Is It Okay to be Honest?
by: Silvi
"Heh...." Jonathan menghela nafas yang begitu panjang dengan lagu tahun 90'an yang menemaninya.
Dia melihat lintasan cahaya jingga yang perlahan meredup dari balik kaca kantor dosen. Di bawah, terlihat ratusan mahasiswa dan teman seangkatannya yang berjalan keluar, kembali ke rumah masing-masing. Jonathan tidak bisa menghentikan desahan kesal dari bibirnya, apalagi karena masih ada setumpung lagi kertas yang harus dia nilai.
Jonathan menggaruk rambutnya kesal. Seharusnya dia tidak setuju untuk menilai semua hasil ujian ini, hanya karena dosennya lupa kalau mengajak istrinya makan ke restoran mewah sore. Jonathan seharunya berkata tidak, tapi kemungkinan membuat dosenya itu kecewa benar-benar membuatnya tidak berani untuk menolak.
Jam di tangannya sudah menunjukkan pukul lima sore, menandakan bahwa semua orang sudah pulang. Teman-temannya juga sudah pulang, jadi tidak ada yang akan membantunya. Dia mendesah sekali lagi, karena Mawar pasti juga sudah pulang, meninggalkannya. Kalau mau jujur, dia mungkin mengambil pekerjaan ini karena tidak mau bertemu Mawar saat pulang nanti.
Mawar selalu menjadi spesimen yang aneh dalam hidup Jonathan. Dimulai dari namanya, walalupun memiliki rambut kuning pirang yang berasal dari ibunya, dia diberi nama Mawar. Ayahnya bilang itu menandakan kelangkaannya. Selain itu juga, dia sangat suka berkelahi. Ayahnya adalah guru besar kung fu di daerahnya dan dia sudah diajar dari kecil. Dan yang paling aneh adalah hubungan mereka berdua.
Mawar adalah guru kung-fu Jonathan sejak dia kecil. Sebagai seorang yang berbakat dalam ilmu bela diri, Guru besar merasa yakin Mawar sudah mencapai tingkat dimana dia bisa melatih anak seumuran dengannya. Karena mereka juga satu sekolah dan tetangga, mereka menjadi sahabat karena terlalu sering menghabiskan waktu bersama.
Namun, Jonathan takut dia telah membuat kesalahan besar hari ini. Kesalahan yang akan menghancurkan sebuah persahabatan yang dibangun selama bertahun-tahun.
Tidak ada gunanya memikirkannya sekarang, dia sudah menerima tugas ini dan dia harus mengerjakannya.
"Ish... Ish... Ish..." suara seorang gadis menarik perhatian Jonathan, "kalau mau nginap di kampus
ngomong-ngomong dong! Masa bikin cewek nunggu sih!"
"Mawar?" kata Jonathan kaget. Bukan hanya karena dia belum pulang, tapi karena Jonathan hampir tak mengenalinya. Mawar memakai terusan biru ketat, ditambah make-up kesan alami yang membuatnya cantik tak terjelaskan. Bukan berarti dia tak cantik sebelumnya, tapi... atas nama Tuhan, Jonathan merasa jantungnya hampir berhenti.
"Hei!!!" seru Mawar, "Gue tau gue imut luar biasa, tapi gak perlu melototi gue sampai segitunya!" dia bertolak pinggang mawar.
"I... iya." balas Jonathan membuang tatapannya malu, "kau hanya... hanya tampak sangat cantik hari ini."
Mawar langsung merasakan wajahnya terbakar, "A... apa yang lo bilang!!!" jawab Mawar. "Bu Elizabeth minjemin gue baju ini tadi pagi. A... ada yang tak sengaja menyiram gue tadi pagi."
"Baju seperti INI mana COCOK untuk orang KAYAK GUE!!!!!!" serunya dengan wajah masih seperti sebuah tomat merah.
Jonathan hanya terdiam. Melihat Mawar tidak memakai pakaian tertutup berupa jaket tebal dan celana panjang, atau seragam kung fu-nya, adalah suatu keajaiban. Melihatnya memakai pakaian yang biasa dipakai kupu-kupu malam adalah anugerah yang tak bisa dijelaskan kelangkaannya. Jonathan tidak tau apakah Mawar bebetulan tidak tau bahwa dia tampak bagai dewi surgawi sekarang atau dia hanya malu setengah mati.
"Mana, sini!" Mawar meraih setengah tumpukan kertas yang tergeletak di meja, mengambilnya dan meletakannya di atas meja sebelah.
"Ngapain?" tanya Jonathan penasaran.
"Ngapain lagi?" tanya Mawar balik dengan nada sedikit keras, "ngebantuin lo, lah!!!"
Dia mengacungkan telunjuknya kepadaku, "Bu.. bukan karena gue peduli ama lu atau semacamnya! Gue cumen malas ditanya ibu lo nanti! NGERTI?" tanya Mawar.
"Ba... baik, lah!" jawab Jonathan, sambil menyerahkan copy kunci jawabannya. Dia mengangguk dan mulai bekerja.
Untuk beberapa saat, mereka bekerja dalam hening yang canggung. Mereka berdua tau kenapa itu mereka tau mereka harus berbicara, tapi mereka berdua juga tak berani berkata apapun. 'Sebentar lagi', atau 'aku tunggu dia saja', terlintas di kepala mereka, walaupun sebenarnya mereka tau bahwa mereka hanya lari dari permasalah mereka.
Setidaknya sebelum lagu yang sangat familiar... terlalu familiar berdering dari handphone Jonathan, "... Maafku tak pernah berterus terang.
Bukan ku tak mempercayaimu.
Namun sebelum ku berganti rupa.
Ingin aku menemuimu..."
"Astaga..." seru Mawar kaget karena tidak mengira akan mendengar lagu ini lagi, "ini kan..."
"Opening bahasa Indo Sailor Moon,"potong Jonathan, "kau masih ingat?"
Mawar masih tampak takjub, membalas, "bagaimana bisa lupa? Ini membawa begitu banyak kenangan."
Jonathan mengangguk setuju, karena dia memang benar. Ini adalah lagu yang mengawali persahabatan mereka.
"Kau masih ingat saat pertama kali menonton Sailor Moon?" tanya Jonathan, "kau selalu memanggil Sailor Mercury sebagai si gadis biru. Cuman dia yang gak bisa kau ingat!"
"Itu bukan salah gue! Siapa dari ujung rambut sampe ujung kaki serba biru?" balas Mawar, "daripada lo, cowok nonton Sailor Moon."
Jonathan tertawa malu, "Hei! Kau berjanji tidak akan membicarakan itu lagi..." kata Jonathan, "apalagi setelah aku membantumu mengerti cerita Sailor Moon setiap minggu!"
"He... hei!" seru Mawar, tapi dia juga tidak tau harus melanjutkannya dengan apa.
Ini adalah kisah yang lama. Kisah dimana seorang gadis yang tak tau cara membicarakan seri yang sedang terkenal diantara teman-temannya, dan anak lelaki yang tak bisa membicarakan seri kesayangannya pada teman-temannya, jika tidak mau diejek. Secara tidak sengaja mereka bertemu, dan sisanya adalah masa lalu.
Dan lagi, mengatakan ini adalah sebuah kisah lama, mungkin terlalu berlebihan.
"Jadi, minggu ini kita nonton apa?" tanya Mawar.
"Well... mengingat reaksimu minggu lalu saat kita menonton koleksi anime Junji Ito, "
"HE... HEI..." seru Mawar dengan wajah merah, "gue gak setakut itu!"
Jonathan mengangkat alisnya,
"Baiklah, aku mungkin sedikit berteriak..."
"Sedikit?"
"BAIKLAH!!! Gue berteriak-teriak sampai keluarga lo ngira gue kesurupan!!! PUAS!" bentak Mawar.
"Sangat!" jawab Jonathan. "Namun, serius, kita akan menonton 'Happy Sugar Life'. Katanya sih bagus, tapi aku juga belom nonton."
"Gue sarankan jangan ngerjain gue seperti minggu lalu!" kecam Mawar, "atau akan ada konsekuesinya!" jelas Mawar sambil mengempal tangannya dan menonjok dinding.
Sebagai muridnya, bertarung dengan Mawar yang serius adalah sama saja dengan menyetujui liburan di rumah sakit. Jonatahan menelan ludahnya dengan rasa segan dan takut yang luar biasa. Apalagi setelah melihat bekas retakan yang baru saja terbentuk.
Setelah beberapa saat yang panjang dipenuhi oleh sedikit canda tawa, mereka akhirnya selesai.
"Ah... Beres!!!" seru Jonatahan senang sambil merenggangkan punggungnya, "akhirnya bisa pulang!!!"
"Ah... loe lama banget sih ngerjainnya! Ayo pulang, udah laper nih!!!" seru Mawar. Tangannya sudah dipincang dan kakinya sudah dihentakan tidak sabar.
"Iya... Iya..." kata Jonathan merapikan tasnya dengan cepat. "Mau makan di luar dulu gak? Aku juga udah laper." Mawar mengelus dagunya sedikit, sebelum menganggung semangat.
"Selama kau yang bayar." kata Mawar senyum, sambil mengedipkan matanya.
"Iya... iya..." Jonathan tersenyum.
Mereka berjalan perlahan keluar. Jonathan dan Mawar berjalan berdampingan seperti biasanya, bercanda dan membicarakan apapun seperti biasanya, Jonathan tersenyum pada dirinya sendiri. Berharap bahwa kata-katanya yang terucap telah dilupakan, atau tidak lagi dipedulikan. Mawar tidak lagi marah akan apa yang telah dia katakan dan menganggapnya hanya angin berlalu.
Mereka akan kembali berlatih setiap hari minggu, menonton anime setiap hari sabtu, berjalan pergi dan pulang kampus bersama setiap hari, bercanda tawa sebagai seorang kawan yang telah mengenal satu sama lain seumur hidupnya. Persahabatan ini masih bisa terjalin seperti biasanya sampai selamanya.
Namun, apa itu yang aku inginkan?

"Hei, kenapa?" tanya Mawar tepat di depan pintu gerbang universitas. Wajahnya bersinar dibalik cerahnya matahari, berkilau bagai bintang-bintang di surga. Rambutnya yang berkibar di balik angin, menebarkan butiran-butiran cahaya. Mawar tampak begitu cantik.
Dia menatap Jonatahn dengan ekspresi bingung, tapi Jonathan bisa melihat cukup dalam untuk tau ada yang dia sembunyikan. Ada makna dibalik matanya yang terus kabur dari menatap Jonathan langsung dan rona merah yang dari tadi muncul setiap Jonathan menatapnya.
"Mawar..." panggil Jonathan, "sudah waktunya kita membicarakan hubungan ini!" Jonathan menghela napas terpanjang, bersiap untuk apa yang akan datang. Mawar mendongak bingung.
"Aku tau kau mendengar perasaanku tadi pagi!"
Tak butuh kurang dari satu detik sebelum Mawar melesat dengan kepalan tangan yang megarah ke Jonathan.
Hanya dengan mengandalkan instingnya, Jonathan menghindar seinchi dari serangan Mawar. Namun, Mawar tak membuang waktu untuk menendang perut Jonathan.
Jonathan berhasil menahan serangan Mawar, walaupun begitu, dia masih bisa merasakan rasa tajam yang menyiksa di perutnya.
Jonathan melompat mundur. Dia bisa merasakan aura yang sangat pekat di sekitar Mawar, aura yang sangat gelap sampai Jonathan merasakan buku kiduknya berdiri ketakutan. Mawar merobek bagian bawah bajunya, membuat ruang agar kakinya bisa bergerak bebas. Mawar bergerak, mengambil kuda-kuda. Mata Mawar sudah menjelaskan semuanya. Ini bukan latihan, ini pembunuhan.
"Jadi ini jawabanmu?" tanya Jonathan, melepas dan membuang jasnya. Seharusnya Jonatahan tidak memakai jas dan kemeja hari ini.
Mawar tidak menjawab. Dia hanya kembali melesat, memberikan tendangan cepat kepada Jonathan.
Namun, Jonathan sudah bersiap kali ini, dia menghindari tendangan cepat itu. Sebelum Mawar sempat menyambung serangannya, Jonathan meraih dan memegang kakinya.
Mawar kaget dan itu memberi ruang untuk Jonathan untuk mengunci Mawar ke tanah. Namun, Mawar lebih kuat dari dirinya, sebelum Jonathan sempat menahannya, Mawar menggunakan kakinya yang satu lagi untuk menendang Jonathan ke tanah.
Namun, Jonathan cukup cekatan untuk berguling dan langsung bangkit lagi.
Mawar mengerahkan pukulannya ke kepala Jonathan. Jonathan menghindar, tapi dengan cepat perutnya dihantam oleh tendangan Mawar.
Bukan hanya itu, dia memanfaatkan kesempatan ini, untuk menendang kepala Jonathan dan langsung memukul keras lagi perutnya. Dia mengakhiri serangannya dengan meraih tangan Jonathan dan membantingnya beberapa meter dari dirinya.
Jonathan langsung bangkit, badannya sudah terbiasa dengan rasa sakit ini. Setiap pukulan dan tendangannya sudah terhafal betul oleh setiap helai daging di tubuhnya.
"Perasaanku tak akan hilang, kalau hanya ini kemampuanmu!" Jonathan meraih pergelangan tangannya, memutarnya sedikit karena pegal.
Mawar menggertakan giginya marah. Dia merasakan tangannya bergetar karena marah. Dengan cepat, Mawar mengarahkan tinjunya ke wajahnya yang menyebalkan.
Namun, kali ini Jonathan tau apa yang harus dia lakukan. Dengan gerakan kecil, tapi akan sangat menyakitkan,
"AKU JATUH CINTA SAMA KAMU!!!"
Jonathan menangkap tinju Mawar.
"Tinjumu melemah." kata Jonathan, "kau menahan pukulanmu..."
\
"TIDAK!!!" teriak Mawar, akhirnya berbicara, "gue bener-bener lagi gedek ama lo sekarang."
Jonathan tersenyum,"kalau kamu benar-benar ingin memukul aku, rahang aku sudah hancur sekarang."
Mawar tidak menyadarinya, tapi wajahnya sudah merona merah seperti terbakar, bahkan asap terlihat dari telinganya. Dia tak menyadari bahwa itulah yang menahan tinjunya tadi.
"Gu... gue hanya..."
"Mawar..." potong Jonathan, "kita bisa melakukan ini semalan dan kita tak akan kemana-mana!"
Mawar menatap mata Jonathan, melihat betapa dalam mata itu, menyadari betapa serius mata itu.
Mawar tau apa yang Jonathan maksud. Jonathan lebih lemah daripada Mawar, tapi dia lebih hafal gerakan Mawar daripada siapapun, mereka sudah bertarung lebih lama dari beberapa tahun. Jika ada orang yang bisa membaca semua serangannya, itu adalah Jonathan.
"Baiklah," kata Mawar ketus, melepaskan tangannya dari gengaman Jonathan, "katakan apa mau lo!"
"Kau sudah tau apa yang akan katakan, tapi aku akan mengatakannya sampai kau puas."balas Jonathan dengan suara pasti.
"Aku mencintaimu!" Jonathan langsung menangkap tinju Mawar lagi denga Reflek yang sangat bagus, Mawar juga kaget.
"Sekarang, kenapa kau memukulku karenanya?"
Pertanyaan itu membuat Mawar kesal, apalagi dengan wajahnya yang membuatnya enek. Mawar mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Jonathan agar dia bisa memukulknya di wajahnya yang menyebalkan. Namun, dia tak bisa melakukannya.
Gengamannya terlalu kuat.
"Aku tak akan melepaskanmu sampai kau menjawab pertanyaanku! Kau boleh melakukan apapun, tapi aku tak akan melepaskannya!"
Mawar tau wajah itu. Jonathan sudah serius dan tak akan ada yang bisa menghalanginya, bahkan Mawar sendiri.
"Gu.. gue... Ka... karena..." Mawar gagap tak tau apa yang harus dia katakan. Puluhan sampai ratusan kata dan emosi terus menerus pikirannya dan menyebakan asap keluar dari otaknya.
"GUE GAK MAU KEHILANGAN LO, OKE?!!!" Teriak Mawar sekeras mungkin, "gue... gue... gue suka persahabatan kita... oke? Ji... jika... gue jatuh cinta ma lo... jika gue... jika lo..."
Pernyataan itu sebenarnya sudah tersimpan lama di dalam hatinya. Dia tak tau kapan, entah itu beberapa tahun yang lalu, entah itu beberapa bulan yang lalu, atau mungkin perasaan ini baru muncul tadi pagi. Namun, perasaan itu membuatnya melakukan apapun untuk menjaga hubungan ini, bahkan jika dia harus memukul Jonathan sampai dia berhenti mencintainya.
Mawar membuang wajahnya yang memerah. Matanya sudah sedikit berair oleh air mata, sesuatu yang hampir tak pernah terjadi seumur hidupnya, sesuatu yang bahkan Jonathan tak pernah lihat.
Jonathan tak benar-benar tau apa yang harus dia lakukan. Namun, Jonathan melepaskan tangan Mawar dan mendepkapnya dalam pelukannya. Mawar terlalu kaget untuk bereaski. Dia ingin mengelak, tapi rasanya terlalu hangat dan nyaman. Dia memeluk Jonathan balik.
"Aku tak akan pernah meninggalkanmu, kau tau itu kan?" bisik Jonathan lembut, tersenyum. Dia mengelus kepala Mawar yang tampaknya membuatnya lebih nyaman, "aku bahkan ragu kita akan berpisah jika bahkan kita punya pasangan hidup masing-masing. Kita pasti akan membuat suami dan istri kita masing-masing cemburu setiap hari!"
Mawar tertawa kecil, "Dasar lo bajingan!" guman Mawar, tapi dia mengangguk.
"Aku bisa mendengarnya!" jawab Jonathan tersenyum.
Mereka terdiam sebentar, tak berkata apa-apa. Mereka tak butuh berkata apa-apa. Mereka hanya ingin menikmati kehadiran satu sama lain dan itu sudah lebih dari cukup untuk saat ini. Mereka tak pernah terpikir bahwa hubungan mereka akan berakhir seperti ini, tapi tak ada yang bisa mengatur perasaan hati.
Mawar sudah tidak butuh lagi mengucapkan jawaban untuk Jonathan, karena Jonathan sudah tau jawabannya. Memang agak sulit untuk menemukannya, tapi dia senang dengan jawabannya.
Beberapa menit kemudian, mereka bisa mendengar perut seseorang bergemuruh. "Hehehe, sepertinya gue masih lapar!" kata Mawar tersenyum malu.
Jonathan tersenyum, "Baiklah! Aku juga janji mau bayarin!"
Mawar menjawab dengan teriakan riang.
Jonathan ikut tertawa sambil berjalan keluar, sebelum Mawar menarik bajunya
"Tunggu!" katanya berusaha untuk tidak membuang matanya ke bawah, "kau melupakan sesuatu!"
Jonathan mengangkat alisnya bingung.
Butuh beberapa saat sebelum dia akhirnya menyadari maksud pacar barunya.
Untungnya, dia senang Mawar mengingatkannya.
(Nah, bagaimana menurut kalian? Apa cerita ini bagus menurut kalian? Apa menghibur? Apa jangan-jangan jelek? Apa ada yang kurang menurut kalian? Kalian boleh berikan komentar kalian di bawah.
Seperti biasa silahkan, jika kalian suka konten saya, silahkan follow blog saya atau follow by email di atas kanan.
Saya juga akan dengan senang hati membaca karya tulisan kalian dan memberikan pandangan lain untuk karya anda. Jika tertarik, email saja karya kalian ke: Xevinkeng1903@gmail.com (Email Saudara saya) dengan subject nama dan judul karya kalian, satau WA ke no: 08128165275.
Untuk sekarang, Terima kasih telah membaca!)
Dia melihat lintasan cahaya jingga yang perlahan meredup dari balik kaca kantor dosen. Di bawah, terlihat ratusan mahasiswa dan teman seangkatannya yang berjalan keluar, kembali ke rumah masing-masing. Jonathan tidak bisa menghentikan desahan kesal dari bibirnya, apalagi karena masih ada setumpung lagi kertas yang harus dia nilai.
Jonathan menggaruk rambutnya kesal. Seharusnya dia tidak setuju untuk menilai semua hasil ujian ini, hanya karena dosennya lupa kalau mengajak istrinya makan ke restoran mewah sore. Jonathan seharunya berkata tidak, tapi kemungkinan membuat dosenya itu kecewa benar-benar membuatnya tidak berani untuk menolak.
Jam di tangannya sudah menunjukkan pukul lima sore, menandakan bahwa semua orang sudah pulang. Teman-temannya juga sudah pulang, jadi tidak ada yang akan membantunya. Dia mendesah sekali lagi, karena Mawar pasti juga sudah pulang, meninggalkannya. Kalau mau jujur, dia mungkin mengambil pekerjaan ini karena tidak mau bertemu Mawar saat pulang nanti.
Mawar selalu menjadi spesimen yang aneh dalam hidup Jonathan. Dimulai dari namanya, walalupun memiliki rambut kuning pirang yang berasal dari ibunya, dia diberi nama Mawar. Ayahnya bilang itu menandakan kelangkaannya. Selain itu juga, dia sangat suka berkelahi. Ayahnya adalah guru besar kung fu di daerahnya dan dia sudah diajar dari kecil. Dan yang paling aneh adalah hubungan mereka berdua.
Mawar adalah guru kung-fu Jonathan sejak dia kecil. Sebagai seorang yang berbakat dalam ilmu bela diri, Guru besar merasa yakin Mawar sudah mencapai tingkat dimana dia bisa melatih anak seumuran dengannya. Karena mereka juga satu sekolah dan tetangga, mereka menjadi sahabat karena terlalu sering menghabiskan waktu bersama.
Namun, Jonathan takut dia telah membuat kesalahan besar hari ini. Kesalahan yang akan menghancurkan sebuah persahabatan yang dibangun selama bertahun-tahun.
Tidak ada gunanya memikirkannya sekarang, dia sudah menerima tugas ini dan dia harus mengerjakannya.
"Ish... Ish... Ish..." suara seorang gadis menarik perhatian Jonathan, "kalau mau nginap di kampus
ngomong-ngomong dong! Masa bikin cewek nunggu sih!"

"Hei!!!" seru Mawar, "Gue tau gue imut luar biasa, tapi gak perlu melototi gue sampai segitunya!" dia bertolak pinggang mawar.
"I... iya." balas Jonathan membuang tatapannya malu, "kau hanya... hanya tampak sangat cantik hari ini."
Mawar langsung merasakan wajahnya terbakar, "A... apa yang lo bilang!!!" jawab Mawar. "Bu Elizabeth minjemin gue baju ini tadi pagi. A... ada yang tak sengaja menyiram gue tadi pagi."
"Baju seperti INI mana COCOK untuk orang KAYAK GUE!!!!!!" serunya dengan wajah masih seperti sebuah tomat merah.
Jonathan hanya terdiam. Melihat Mawar tidak memakai pakaian tertutup berupa jaket tebal dan celana panjang, atau seragam kung fu-nya, adalah suatu keajaiban. Melihatnya memakai pakaian yang biasa dipakai kupu-kupu malam adalah anugerah yang tak bisa dijelaskan kelangkaannya. Jonathan tidak tau apakah Mawar bebetulan tidak tau bahwa dia tampak bagai dewi surgawi sekarang atau dia hanya malu setengah mati.
"Mana, sini!" Mawar meraih setengah tumpukan kertas yang tergeletak di meja, mengambilnya dan meletakannya di atas meja sebelah.
"Ngapain?" tanya Jonathan penasaran.
"Ngapain lagi?" tanya Mawar balik dengan nada sedikit keras, "ngebantuin lo, lah!!!"
Dia mengacungkan telunjuknya kepadaku, "Bu.. bukan karena gue peduli ama lu atau semacamnya! Gue cumen malas ditanya ibu lo nanti! NGERTI?" tanya Mawar.
"Ba... baik, lah!" jawab Jonathan, sambil menyerahkan copy kunci jawabannya. Dia mengangguk dan mulai bekerja.
Untuk beberapa saat, mereka bekerja dalam hening yang canggung. Mereka berdua tau kenapa itu mereka tau mereka harus berbicara, tapi mereka berdua juga tak berani berkata apapun. 'Sebentar lagi', atau 'aku tunggu dia saja', terlintas di kepala mereka, walaupun sebenarnya mereka tau bahwa mereka hanya lari dari permasalah mereka.
Setidaknya sebelum lagu yang sangat familiar... terlalu familiar berdering dari handphone Jonathan, "... Maafku tak pernah berterus terang.
Bukan ku tak mempercayaimu.
Namun sebelum ku berganti rupa.
Ingin aku menemuimu..."
"Astaga..." seru Mawar kaget karena tidak mengira akan mendengar lagu ini lagi, "ini kan..."
"Opening bahasa Indo Sailor Moon,"potong Jonathan, "kau masih ingat?"
Mawar masih tampak takjub, membalas, "bagaimana bisa lupa? Ini membawa begitu banyak kenangan."
Jonathan mengangguk setuju, karena dia memang benar. Ini adalah lagu yang mengawali persahabatan mereka.
"Kau masih ingat saat pertama kali menonton Sailor Moon?" tanya Jonathan, "kau selalu memanggil Sailor Mercury sebagai si gadis biru. Cuman dia yang gak bisa kau ingat!"
"Itu bukan salah gue! Siapa dari ujung rambut sampe ujung kaki serba biru?" balas Mawar, "daripada lo, cowok nonton Sailor Moon."
Jonathan tertawa malu, "Hei! Kau berjanji tidak akan membicarakan itu lagi..." kata Jonathan, "apalagi setelah aku membantumu mengerti cerita Sailor Moon setiap minggu!"
"He... hei!" seru Mawar, tapi dia juga tidak tau harus melanjutkannya dengan apa.
Ini adalah kisah yang lama. Kisah dimana seorang gadis yang tak tau cara membicarakan seri yang sedang terkenal diantara teman-temannya, dan anak lelaki yang tak bisa membicarakan seri kesayangannya pada teman-temannya, jika tidak mau diejek. Secara tidak sengaja mereka bertemu, dan sisanya adalah masa lalu.
Dan lagi, mengatakan ini adalah sebuah kisah lama, mungkin terlalu berlebihan.
"Jadi, minggu ini kita nonton apa?" tanya Mawar.
"Well... mengingat reaksimu minggu lalu saat kita menonton koleksi anime Junji Ito, "
"HE... HEI..." seru Mawar dengan wajah merah, "gue gak setakut itu!"
Jonathan mengangkat alisnya,
"Baiklah, aku mungkin sedikit berteriak..."
"Sedikit?"
"BAIKLAH!!! Gue berteriak-teriak sampai keluarga lo ngira gue kesurupan!!! PUAS!" bentak Mawar.
"Sangat!" jawab Jonathan. "Namun, serius, kita akan menonton 'Happy Sugar Life'. Katanya sih bagus, tapi aku juga belom nonton."
"Gue sarankan jangan ngerjain gue seperti minggu lalu!" kecam Mawar, "atau akan ada konsekuesinya!" jelas Mawar sambil mengempal tangannya dan menonjok dinding.
Sebagai muridnya, bertarung dengan Mawar yang serius adalah sama saja dengan menyetujui liburan di rumah sakit. Jonatahan menelan ludahnya dengan rasa segan dan takut yang luar biasa. Apalagi setelah melihat bekas retakan yang baru saja terbentuk.
Setelah beberapa saat yang panjang dipenuhi oleh sedikit canda tawa, mereka akhirnya selesai.
"Ah... Beres!!!" seru Jonatahan senang sambil merenggangkan punggungnya, "akhirnya bisa pulang!!!"
"Ah... loe lama banget sih ngerjainnya! Ayo pulang, udah laper nih!!!" seru Mawar. Tangannya sudah dipincang dan kakinya sudah dihentakan tidak sabar.
"Iya... Iya..." kata Jonathan merapikan tasnya dengan cepat. "Mau makan di luar dulu gak? Aku juga udah laper." Mawar mengelus dagunya sedikit, sebelum menganggung semangat.
"Selama kau yang bayar." kata Mawar senyum, sambil mengedipkan matanya.
"Iya... iya..." Jonathan tersenyum.
Mereka berjalan perlahan keluar. Jonathan dan Mawar berjalan berdampingan seperti biasanya, bercanda dan membicarakan apapun seperti biasanya, Jonathan tersenyum pada dirinya sendiri. Berharap bahwa kata-katanya yang terucap telah dilupakan, atau tidak lagi dipedulikan. Mawar tidak lagi marah akan apa yang telah dia katakan dan menganggapnya hanya angin berlalu.
Mereka akan kembali berlatih setiap hari minggu, menonton anime setiap hari sabtu, berjalan pergi dan pulang kampus bersama setiap hari, bercanda tawa sebagai seorang kawan yang telah mengenal satu sama lain seumur hidupnya. Persahabatan ini masih bisa terjalin seperti biasanya sampai selamanya.
Namun, apa itu yang aku inginkan?

"Hei, kenapa?" tanya Mawar tepat di depan pintu gerbang universitas. Wajahnya bersinar dibalik cerahnya matahari, berkilau bagai bintang-bintang di surga. Rambutnya yang berkibar di balik angin, menebarkan butiran-butiran cahaya. Mawar tampak begitu cantik.
Dia menatap Jonatahn dengan ekspresi bingung, tapi Jonathan bisa melihat cukup dalam untuk tau ada yang dia sembunyikan. Ada makna dibalik matanya yang terus kabur dari menatap Jonathan langsung dan rona merah yang dari tadi muncul setiap Jonathan menatapnya.
"Mawar..." panggil Jonathan, "sudah waktunya kita membicarakan hubungan ini!" Jonathan menghela napas terpanjang, bersiap untuk apa yang akan datang. Mawar mendongak bingung.
"Aku tau kau mendengar perasaanku tadi pagi!"
Tak butuh kurang dari satu detik sebelum Mawar melesat dengan kepalan tangan yang megarah ke Jonathan.
Hanya dengan mengandalkan instingnya, Jonathan menghindar seinchi dari serangan Mawar. Namun, Mawar tak membuang waktu untuk menendang perut Jonathan.
Jonathan berhasil menahan serangan Mawar, walaupun begitu, dia masih bisa merasakan rasa tajam yang menyiksa di perutnya.
Jonathan melompat mundur. Dia bisa merasakan aura yang sangat pekat di sekitar Mawar, aura yang sangat gelap sampai Jonathan merasakan buku kiduknya berdiri ketakutan. Mawar merobek bagian bawah bajunya, membuat ruang agar kakinya bisa bergerak bebas. Mawar bergerak, mengambil kuda-kuda. Mata Mawar sudah menjelaskan semuanya. Ini bukan latihan, ini pembunuhan.
"Jadi ini jawabanmu?" tanya Jonathan, melepas dan membuang jasnya. Seharusnya Jonatahan tidak memakai jas dan kemeja hari ini.
Mawar tidak menjawab. Dia hanya kembali melesat, memberikan tendangan cepat kepada Jonathan.
Namun, Jonathan sudah bersiap kali ini, dia menghindari tendangan cepat itu. Sebelum Mawar sempat menyambung serangannya, Jonathan meraih dan memegang kakinya.
Mawar kaget dan itu memberi ruang untuk Jonathan untuk mengunci Mawar ke tanah. Namun, Mawar lebih kuat dari dirinya, sebelum Jonathan sempat menahannya, Mawar menggunakan kakinya yang satu lagi untuk menendang Jonathan ke tanah.
Namun, Jonathan cukup cekatan untuk berguling dan langsung bangkit lagi.
Mawar mengerahkan pukulannya ke kepala Jonathan. Jonathan menghindar, tapi dengan cepat perutnya dihantam oleh tendangan Mawar.
Bukan hanya itu, dia memanfaatkan kesempatan ini, untuk menendang kepala Jonathan dan langsung memukul keras lagi perutnya. Dia mengakhiri serangannya dengan meraih tangan Jonathan dan membantingnya beberapa meter dari dirinya.
Jonathan langsung bangkit, badannya sudah terbiasa dengan rasa sakit ini. Setiap pukulan dan tendangannya sudah terhafal betul oleh setiap helai daging di tubuhnya.
"Perasaanku tak akan hilang, kalau hanya ini kemampuanmu!" Jonathan meraih pergelangan tangannya, memutarnya sedikit karena pegal.
Mawar menggertakan giginya marah. Dia merasakan tangannya bergetar karena marah. Dengan cepat, Mawar mengarahkan tinjunya ke wajahnya yang menyebalkan.
Namun, kali ini Jonathan tau apa yang harus dia lakukan. Dengan gerakan kecil, tapi akan sangat menyakitkan,
"AKU JATUH CINTA SAMA KAMU!!!"
Jonathan menangkap tinju Mawar.
"Tinjumu melemah." kata Jonathan, "kau menahan pukulanmu..."
\
"TIDAK!!!" teriak Mawar, akhirnya berbicara, "gue bener-bener lagi gedek ama lo sekarang."
Jonathan tersenyum,"kalau kamu benar-benar ingin memukul aku, rahang aku sudah hancur sekarang."
Mawar tidak menyadarinya, tapi wajahnya sudah merona merah seperti terbakar, bahkan asap terlihat dari telinganya. Dia tak menyadari bahwa itulah yang menahan tinjunya tadi.
"Gu... gue hanya..."
"Mawar..." potong Jonathan, "kita bisa melakukan ini semalan dan kita tak akan kemana-mana!"
Mawar menatap mata Jonathan, melihat betapa dalam mata itu, menyadari betapa serius mata itu.
Mawar tau apa yang Jonathan maksud. Jonathan lebih lemah daripada Mawar, tapi dia lebih hafal gerakan Mawar daripada siapapun, mereka sudah bertarung lebih lama dari beberapa tahun. Jika ada orang yang bisa membaca semua serangannya, itu adalah Jonathan.
"Baiklah," kata Mawar ketus, melepaskan tangannya dari gengaman Jonathan, "katakan apa mau lo!"
"Kau sudah tau apa yang akan katakan, tapi aku akan mengatakannya sampai kau puas."balas Jonathan dengan suara pasti.
"Aku mencintaimu!" Jonathan langsung menangkap tinju Mawar lagi denga Reflek yang sangat bagus, Mawar juga kaget.
"Sekarang, kenapa kau memukulku karenanya?"
Pertanyaan itu membuat Mawar kesal, apalagi dengan wajahnya yang membuatnya enek. Mawar mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Jonathan agar dia bisa memukulknya di wajahnya yang menyebalkan. Namun, dia tak bisa melakukannya.
Gengamannya terlalu kuat.
"Aku tak akan melepaskanmu sampai kau menjawab pertanyaanku! Kau boleh melakukan apapun, tapi aku tak akan melepaskannya!"
Mawar tau wajah itu. Jonathan sudah serius dan tak akan ada yang bisa menghalanginya, bahkan Mawar sendiri.
"Gu.. gue... Ka... karena..." Mawar gagap tak tau apa yang harus dia katakan. Puluhan sampai ratusan kata dan emosi terus menerus pikirannya dan menyebakan asap keluar dari otaknya.
"GUE GAK MAU KEHILANGAN LO, OKE?!!!" Teriak Mawar sekeras mungkin, "gue... gue... gue suka persahabatan kita... oke? Ji... jika... gue jatuh cinta ma lo... jika gue... jika lo..."
Pernyataan itu sebenarnya sudah tersimpan lama di dalam hatinya. Dia tak tau kapan, entah itu beberapa tahun yang lalu, entah itu beberapa bulan yang lalu, atau mungkin perasaan ini baru muncul tadi pagi. Namun, perasaan itu membuatnya melakukan apapun untuk menjaga hubungan ini, bahkan jika dia harus memukul Jonathan sampai dia berhenti mencintainya.
Mawar membuang wajahnya yang memerah. Matanya sudah sedikit berair oleh air mata, sesuatu yang hampir tak pernah terjadi seumur hidupnya, sesuatu yang bahkan Jonathan tak pernah lihat.
Jonathan tak benar-benar tau apa yang harus dia lakukan. Namun, Jonathan melepaskan tangan Mawar dan mendepkapnya dalam pelukannya. Mawar terlalu kaget untuk bereaski. Dia ingin mengelak, tapi rasanya terlalu hangat dan nyaman. Dia memeluk Jonathan balik.
"Aku tak akan pernah meninggalkanmu, kau tau itu kan?" bisik Jonathan lembut, tersenyum. Dia mengelus kepala Mawar yang tampaknya membuatnya lebih nyaman, "aku bahkan ragu kita akan berpisah jika bahkan kita punya pasangan hidup masing-masing. Kita pasti akan membuat suami dan istri kita masing-masing cemburu setiap hari!"
Mawar tertawa kecil, "Dasar lo bajingan!" guman Mawar, tapi dia mengangguk.
"Aku bisa mendengarnya!" jawab Jonathan tersenyum.
Mereka terdiam sebentar, tak berkata apa-apa. Mereka tak butuh berkata apa-apa. Mereka hanya ingin menikmati kehadiran satu sama lain dan itu sudah lebih dari cukup untuk saat ini. Mereka tak pernah terpikir bahwa hubungan mereka akan berakhir seperti ini, tapi tak ada yang bisa mengatur perasaan hati.
Mawar sudah tidak butuh lagi mengucapkan jawaban untuk Jonathan, karena Jonathan sudah tau jawabannya. Memang agak sulit untuk menemukannya, tapi dia senang dengan jawabannya.

Jonathan tersenyum, "Baiklah! Aku juga janji mau bayarin!"
Mawar menjawab dengan teriakan riang.
Jonathan ikut tertawa sambil berjalan keluar, sebelum Mawar menarik bajunya
"Tunggu!" katanya berusaha untuk tidak membuang matanya ke bawah, "kau melupakan sesuatu!"
Jonathan mengangkat alisnya bingung.
Butuh beberapa saat sebelum dia akhirnya menyadari maksud pacar barunya.
Untungnya, dia senang Mawar mengingatkannya.
(Nah, bagaimana menurut kalian? Apa cerita ini bagus menurut kalian? Apa menghibur? Apa jangan-jangan jelek? Apa ada yang kurang menurut kalian? Kalian boleh berikan komentar kalian di bawah.
Saya juga akan dengan senang hati membaca karya tulisan kalian dan memberikan pandangan lain untuk karya anda. Jika tertarik, email saja karya kalian ke: Xevinkeng1903@gmail.com (Email Saudara saya) dengan subject nama dan judul karya kalian, satau WA ke no: 08128165275.
Untuk sekarang, Terima kasih telah membaca!)
No comments:
Post a Comment