Sunday, March 31, 2019

Cerpen Sunday: Sakura yang Mekar di Gelapnya Malam pt1

(Halo sayang semua! Ini adalah cerita tentang seorang Miko (Gadis penjaga kuil) dan Biarawati. Ini adalah penceritaan ulang kisah Sakura Samsara dari game Honkai Impact 3. Secara teori, ini adalah fanfic. Beberapa adegan aku copy dari komiknya yang asli, tapi beberapa lagi aku bikin sendiri.)

OH IYA! Cerita ini juga mengandung hubungan lesbian, tidak ada yang grafik, tapi jadikan ini peringatan jika merasa tidak nyaman dengan hubungan seperti ini. Semua karakter di cerita ini adalah milik Mihoyo. Nah, pembukaannya sudah selesai! Selamat membaca!)



"Tolong!!!" teriak seorang gadis, walaupun dia tau taka akan ada yang mendengarnya di tengah hutan.

ROAR...

Sang gadis sudah bisa merasakan kakinya kesakitan dan nafasnya sudah hampir habis, tapi dia tak bisa berhenti sekarang. Tidak selama monster itu terus mengejarnya, tidak selama dia bisa merasakan nafas monster itu di bulu kiduknya.

"Ah..." sang gadis tidak sempat bereaksi, dia terjatuh, tersandung akar pohon. Tubuhnya yang terbaring mencoba bangkit kembali, tapi dia merasakan tubuhnya kaku. Dia hanya bisa menatap monster yang menjulang tinggi di atas dirinya. Cakarnya yang tajam dan besar terangkat, bersiap untuk mengabisi mangsanya.

Dia menutup wajahnya. Sang gadis sudah pasrah, bersiap menerima nasibnya untuk disantap oleh monster...

CRING!!!


Namun, malaikat pencabut nyawanya tidak pernah datang.

Perlahan dia membuka matanya, mendapati bahwa monster di hadapannya... telah tumbang. Seorang gadis panjang berambut merah sakura telah berdiri dihadapannya dengan pedang penuh darah. Pakaiannya menunjukkan bahwa dia adalah sang gadis surga, pendekar penjaga desa Yae.

Sang pendekar mengayunkan pedangnya, membuang darah di pedangnya, sebelum mengembalikan pedang miliknya ke sarungnya. Dia menghela nafas panjang. Dia berbalik dan membungkuk agar bisa melihat semata dengan si gadis. "Kau tidak apa-apa?", Dia mengangguk. "Aku telah membersihkan jalan ke desa dari monster-monster!" dia menunjuk ke arah barat, "kau jalan lurus saja ke sana! Kau seharusnya akan sampai ke desa dalam beberapa saat. Aku masih harus berpatroli di sekitar sini!"

Si gadis sekali lagi mengangguk, sebelum bangun dan berjalan menuju arah yang ditunjukkan sang miko. Setelah sang gadis sudah menghilang dari pandangannya, sang pendekar menghela nafas sekali lagi karena lelah.

Dia telah menemukan lusinan monster sejak matahari terbit. Biasanya mereka tidak muncul selama ini dan sebanyak ini. Dia tau ada yang aneh, tapi dia masih belum tau apa yang terjadi. Dia menatap langit tinggi, dan menyadari bahwa tengah hari sudah dekat. Biasanya monster tidak akan menyerang di saat itu, waktu yang tepat untuk beristirahat.

Dia segera berjalan menuju sungai dekat desa Yae. Di sana telah tersedia ember miliknya yang biasa dia gunakan untuk mandi. Sang miko membuka jubah mikonya, menggantinya dengan kain untuk mandi, dan meletakan pedangnya, memastikan mereka masih dalam pandangan mata agar tidak di curi.

Dia tidak menghabiskan banyak waktu untuk segera membasuh tubuhnya dengan air, merasakan kesegaran merasuki tubuhnya setelah malam yang begitu panjang. Sang pendekar selalu menikmati masa-masa seperti ini. Setelah malam yang panjang menghadapi beberapa puluh monster yang berkeliaran di sekitar desa setiap hari, 'mandi' adalah sesuatu yang selalu di tunggu. Ini adalah satu-satunya momen dimana dia bisa benar-benar bersantai sendirian.

Sang pendekar adalah anak dari kepala desa, dan menjadi tanggung jawabnya untuk melindungi desa Yae dari segala monster yang berkeliaran di desa, karena hanya gadis dari keluarga mereka yang bisa menghadapi monster-monster itu. Dia harus menjalankan tugasnya dengan baik, untuk memenuhi janjinya...

Sang miko terbangun dari lamunannya ketika dia mendapati bahwa ada cairan merah di air sungai. Dia merasakan perasaan buruk, jadi dia mengikuti jejak bekas cairan itu. Sang miko sampai ke sebuah semak-semak besar yang tampaknya adalah sumber dari cairan merah ini.

Di balik semak-semak itu, dia mendapati seorang gadis tak sadarkan diri dengan tubuh dipenuhi luka.

***

"KITA TAK BISA MELAKUKAN INI, OTTO!!!" Teriak Kallen, "MAU BERAPA BANYAK ORANG YANG HARUS JADI EKSPERIMEN MU?"

"BERAPAPUN!!!" Balas Otto, "Jika kita bisa mengendalikan kekuatan dari kotak ini, kita bisa menyembuhkan wabah maut hitam. Bukan hanya itu, kita akan punya kekuatan untuk memburu dan menghancurkan semua Honkai yang ada di Eropa, bahkan di seluruh dunia! Manusia akhirnya bisa diselamatkan! Bukannya itu mimpi kita, Kallen"

"Dengan membayar berapa nyawa, Otto? Jawab aku! Berapa nyawa yang harus kita korbankan untuk menyelamatkan umat manusia?" Seru Kallen," kau tau apa yang terjadi pada mereka yang menerima sepeser kekuatan dari kotak itu! Bukan hanya dirinya, tapi semua orang di sekitarnya akan mati!!! Kita..."

"Cukup, Kallen!" Otto membanting mejanya, memotong Kallen, "Schicksal tak lagi mengijinkan kita menggunakan anak sakit di Eropa, karena itu sudah memperburuk citra mereka, tapi mereka memerintahkan pengunaan budak dari negeri jajahan! Kita harus dan AKAN melakukan ini, Kallen! I Tidak peduli kau mau, atau tidak!"

Melihat tatapan Otto yang begitu tajam, Kallen hampir tak kuasa menahan tangisnya. Orang yang dulu dia panggil sahabat sudah tidak ada. Di mata itu hanya seorang monster yang tidak dia kenal. Kallen menggengam liotin salib di lehernya, mencoba mengenang masa indah yang mereka lalui bersama sebelum Otto berubah.

Tak kuasa lagi menatap Otto, Kallen berlari kabur entah kemana, yang penting bukan dihadapan Otto. Air mata sudah mengalir di pipinya sebelum dia keluar. "KALLEN!" Otto memanggilnya sebelum Kallen membanting pintu kantornya.

Kallen berlari mencari tempat sendiri, berharap tidak ada yang melihat seorang kapten sebuah pasukan Valkyrie khusus menangis. Dia tidak benar-benar memikirkan kemana dia berlari, dia hanya harus tak dilihat oleh siapapun. Setelah menemukan ruang yang dia yakini kosong, Kallen meluapkan semua emosinya dalam air mata.

Setelah meluapkan emosinya, setelah dia merasa sedikit lebih tenang, dia baru merasakan keberadaan aura gelap di ruangan ini. Auranya sangat tajam, sampai mebuat Kallen tercekik. Dia menyadari bahwa kotak terkutuk itu ada di ruangan ini.

Kallen menelusuri ruangan itu sampai menemukan apa yang dicarinya, sebuah kotak hitam segelap malam. Dia mencoba menyentuhnya dan merasakan hawa dingin segelap kematian.

Kallen menelan ludahnya, takut akan kekuatan di dalam kotak ini. Takut akan kehancuran yang mungkin Otto timbulkan untuk mengendalikan kekuatan ini.

Kallen tidak punya pilihan, selain mengambil dan membawa kotak ini pergi sejauh mungkin.

"HEI!!!" Suara seoang gadis, salah satu dari pasukannya, membuat tubuhnya kaku dingin. "Apa yang mau kau lakukan dengan kotak itu?"

Dia berjalan mendekat, bersiap untuk menangkap siapapun yang mencoba mencuri kotak Sakral milik Schicksal.

Kallen langsung menendang gadis itu tanpa berpikir panjang. Dia tak sempat memikirkan apa yang harus dia lakukan sebelum berlari secepat mungkin.

Belum sempat dia berlari beberap meter, Kallen bisa mendengar suara teriakan gadis lain.

Dia sudah ketauan.

Kallen mempercepat larinya, mencoba mencari jalan keluar tercepat. Namun, Kallen lupa...

Mereka sedang berada di atas laut sekarang dan badai besar sedang menerjang kapal ini. Tidak ada jalan keluar dari kapal ini, selain sekoci di pinggir kapal. Namun, sekoci ada di ujung lain kapal.

Dia mencoba berbalik, tapi menyadari bahwa dia telah dikepuk dengan pistol terhunus ke kepalanya.

"Kapten, apa yang kau lakukan? Kembalikan kotak itu!" bentak seorang gadis.

Kallen tahu itu adalah ide buruk, jadi Kallen menghunuskan pistolnya sendiri.

Kallen melatih mereka dengan baik. Walaupun dia kapten mereka dan Valkryie terkuat Schicksal, Kallen masih mengalami kesulitan menghadapi mereka.

Keinginan untuk tidak membunuh mereka juga tidak membantu. Dia hanya menembak dan meyerang bagian tidak fatal, hanya tidak sadarkan diri.

Dia memastikan tidak akan ada pasukannya yang mati oleh tangannya, tidak peduli seberapa banyak peluru yang berhasil masuk ke tubuhnya dan memar yang terbekas pada dirinya.

Setelah setiap anggota pasukannya telah tumbang, Kallen menghela nafas yang sangat panjang. Dia ingin membanting dirinya ke lantai, tapi misinya belum selesai. Dia harus segera mencari sekoci sekarang.

"KALLEN BERHENTI!!!"

Kallen berhenti ketika mendengar suara Otto. Pistol emas, sebuah artifak spesial milik Otto, terhenus ke arah Kallen. Dia tau bahwa itu bukan pistol biasa dan satu tembakan bisa menghabisinya.

Kallen melangkah mundur, tapi dia menyadari bahwa dia hanya selangkah lagi sebelum jatuh ke laut.

"Kallen..." Suara Otto menjadi halus, mengingatkan Kallen akan Otto yang di sayang, "tolong hentikan ini! Selama aku masih bisa memperbaikinya, tolong hentikan ini!" Dia memohon kepada Kallen.

"Aku tak bisa membiarkan ini, Otto!" Kallen berseru, "aku tak bisa membiarkan kau atau Schickcal membuat sebegitu banyak korban berjatuhan!"

Otto terdiam lama, tak tau apa yang harus dia lakukan atau katakan. Sementara itu, Kallen hanya bisa berharap. Berharap sahabatnya masih ada di dalam sana.

'Ba.."

BANG...

Suara pistol menggelegar keras. Kallen bisa merasakan rasa panas yang membara di dadanya, hanya beberapa senti dari jantungnya. Dia bisa melihat sekilas salah seorang gadis menghunuskan pistolnya. Dia terlalu fokus pada Otto untuk menyadari nya

Kallen memeluk erat kotak dalam pelukannya, sambil menutup matanya, bersiap untuk yang terburuk.

Sebelum dia jatuh ke laut, hal terakhir yang bisa dia dengar adalah suara Otto yang terus menerus meneriakan namanya.

***

Kallen terbangun kaget, merasakan sesuatu yang aneh di mulutnya. Sesuatu memaksa masuk ke mulutnya.

Kallen tahu seharusnya dia segera meronta bebas, tapi perasaan ini begitu panas. Perasaan ini membuatnya begitu nyaman, begitu benar...

Butuh beberapa detik untuk menyadari bahwa dia telah dicium oleh gadis asing berambut sakura.

"MMMRGH!!!" Kallen mendorong untuk melepaskan ciuman si gadis.

Tindakan yang ceroboh. Dia bisa merasakan rasa tajam di tangannya yang membuatnya merintih kesakitan

"Jangan bergerak dulu! Lukamu baru saja dibalut." pesan sang gadis tenang, mencoba melihat luka ditangannya.

"JANGAN DEKAT-DEKAT!" Bentak Kallen, menatap tajam sambil menutupi tubuhnya. Namun, gerakan itu membuat seluruh tubuhnya menjadi terasa sakit.

Dia menatap gadis di hadapannya. Kallen belum pernah melihat pakaian yang dia kenakan selain di beberapa buku cerita yang pernah dia baca saat masih kecil. Pakaian tradisi yang biasanya digunakan oleh gadis pemimpin kebaktian jauh di negeri entah berantah. Kallen rasa mereka memanggilnya, miko

Sang miko mendekatinya sekali lagi, tapi kali ini sedikit tersenyum. "Jangan salah artikan maksudku! Kau harus minum obat dan kau tak bisa melakukannya sendiri saat tidur." Sang miko meraih ke luka di tangan Kallen, menguatkan ikatannya agar lukanya tidak terbuka.

Setelah selesai, sang Miko menarik seember air ke sisinya, "Apakah aku boleh membasuh dirimu?" dia menunduk sopan.

Walaupun wajahnya merah dan masih tak berani menatap matanya, "Ba... baiklah!" jawab Kallen.

Kallen merebahkan dirinya, membiarkan sang miko membuka bajunya. Dengan kain penuh dengan air, sang miko membasuh tubuh gadis dihadapannya. Hanya dengan usapan halus, dia menyadari betapa keras tubuh Kallen. Menyadari hal ini, sang miko meningkatkan sedikit tekanannya. Melainkan sembarangan membasuh, dia mulai menekan di beberapa titik di sekitar tubuh Kallen, membiarkan tubuhnya melemas sedikit demi sedikit.

Kallen tidak tau kenapa, tapi dia merasakan tubuhnya semakin panas. Bukannya merasa terganggu, dia merasakan kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Perasaan menggelitik yang sungguh menggairahkan dan sensual, memenuhi seluruh tubhunya, membuatnya harus menahan rasa nikmat ini keluar dari mulutnya.

Sepertinya dia bukan orang jahat. pikir Kallen

"Ada masalah?" tanya sang miko, tapi Kallen menggelengkan kepalanya yang ditekan ke bantal.

Setelah beberapa saat, akhirnya sang miko mengangkat tangannya dari tubuh Kallen. "Seharunya itu cukup!" dia tertawa kecil, "bahkan setelah semua perlawanan itu, kau ternyata cukup penurut." Kallen hanya menunduk malu.

Namun, seketika itu juga dia mengingat sesuatu yang penting.

"Kemana kotak itu?!" Seru, hampir bentak, Kallen.

"Maksudmu, kotak ini?" Sang miko mengeluarkan sebuah kotak yang diselimuti kain, dia membukanya dan menunjukkan apa yang di cari Kallen. "Untukmu menggengamnya begitu erat, kotak itu pastilah sangat penting."

Tanpa berpikir panjang, Kallen langsung meraih kotak itu.

Kallen mengenang kembali mimpinya. Bayangan dari wajah Otto dan ratusan orang yang dijadikan korban oleh kekuatan benda ini.

"Hei, kau tidak apa-apa?" tanya sang miko.

"I...iya..." jawab Kallen, "ini hanya kotak biasa!"

Sang Miko tau bahwa gadis di hadapannya berbohong, dia bisa merasakannya, tapi dia juga mengerti bahwa beberapa rahasia lebih baik tetap tersembunyi. "Baiklah kalau begitu." jawab sang miko, "oh iya! Ini bajumu. Aku sudah memperbaikinya!" sang miko menyerahkan pakaian hitam misterius milik sang gadis.

"Ah iya! Terima kasih!" jawab Kallen. Dia mengalihkan perhatiannya ke luar pintu yang terbuka, "ini tempat yang indah, ya?" komentar Kallen yang menatap berbagai taman rumah sang Miko. Dia melihat bunga sakura yang masih kuncup, pohon-pohon hijau yang membuatnya asri, bunga-bunya berwarna warni, serta hewan-hewan kecil yang memberikan tempat itu kehidupan. "Ini pasti tempat untuk orang baik-baik." kata Kallen.

Sang Miko menatapnya sesaat.

"Kalau begitu, kenapa tidak tinggal di sini?" tanya sang miko, sebelum bangkit berdiri, "kalau kau tak punya tempat lain untuk tinggal, tentunya."

"Baiklah!" jawab Kallen tersenyum. Mungkin aku bisa melupakan segalanya dan memulai ulang di sini! pikir Kallen.

"Tunggu!" panggil Kallen, "namaku Kallen Kaslana! Bagaimana dengan kamu?"

Sang miko menghadap ke Kallen, tersenyum, "Namaku Sakura Yae!"

Mereka bertatapan serasa begitu lama. Berdua bisa merasakan hubungan tak tertulis dan di luar logika diantara mereka berdua. Yang mereka tau adalah mereka mau saja hidup selamanya jika bisa melihat senyum satu sama lain setiap hari.

"Mohon maaf!" seorang gadis, sepertinya pelayan, bersujud dari ujung pintu, "rapat desa akan segera dimulai, miko-sama!" Sakuya mengangguk kepada sang pelayan.

"Aku pergi dulu, ya! Kau lebih baik beristirahat dulu!" kata Sakura, sebelum berjalan mengikuti si pelayan.

"Baiklah....!" Sahut Kallen, pipi sedikit menggembung, kesal momennya diganggu.

Namun, sebelum dia melihat dari pandangan, dia berhenti."aku membuat sedikit makanan." Sakura menujuk dua nasi kepal besar di atas daun,"Kenapa kau tidak memakannya?"

Kallen tidak menghabiskan waktu untuk langsung melahap besar salah satu nasi kepal tersebut. Kebetulan Kallen memang sudah lapar dari tadi.

Kallen yang tersenyum puas, terlalu senang untuk menyadari... retakan di atas kotak terkutuk di pangkuannya.


(Nah, bagaimana menurut kalian? Apa cerita ini bagus menurut kalian? Apa menghibur? Apa jangan-jangan jelek? Apa ada yang kurang menurut kalian? Kalian boleh berikan komentar kalian di bawah.

Seperti biasa silahkan, jika kalian suka konten saya, silahkan follow blog saya atau follow by email di atas kanan.

 Saya juga akan dengan senang hati membaca karya tulisan kalian dan memberikan pandangan lain untuk karya anda. Jika tertarik, email saja karya kalian ke: Xevinkeng1903@gmail.com (Email Saudara saya) dengan subject nama dan judul karya kalian, satau WA ke no: 08128165275.

Untuk sekarang, Terima kasih telah membaca!)











No comments:

Post a Comment